[2/2] Since 5 Years I Waiting For You~ [Myungsoo-Jiyeon]


since 5 years i waiting for you 2[Pernah di post di High School Fanfiction]

Thanks for the poster^^  on High School Graphic. It's nice really^^

Tittle

Since 5 Years I Waiting For You~

Main Casts

Kim Myungsoo / INFINITE

Park Jiyeon / T-ARA

Other Casts

Lee Ji Eun / IU

Park Family

ETC

Genre

Romance, Fluff, AU

Length

Twoshot

Author

Bekicot Princess

Summary

~5 Years is not a short time~

-oOo-

IF U ARE SILENT READERS PLEASE DON’T READ THIS FANFICT OR  U WILL GET THE REGRETS. THANKS. AND IT’S SERIOUS!

Previous Shot~

“Kim Myungsoo?” Lanjut Jiyeon lagi. Sementara Myungsoo membeku menatap yeoja itu.

‘Sejak kapan ia tahu namaku. Dan .. bagaiman caranya aku memberinya hadiah ulang tahun kotak musik jika ia sendiri yang menjadi pelanggan yang membelinya?’

‘Apa aku harus mengucapkan yang sesungguhnya disini? Atau? Kalau aku melakukan hal itu… ARGHH mengapa jadi serumit ini?!’

~oOo~

Sebuah perasaan yang tidak bisa kita ketahui namanya apa, kadang itu membingungkan-

park jiyeon, perasaannya yang berkecamuk semakin mendramatisir hidupnya-

akankah 5 tahun menjadi sia-sia?-

Author POV

Pagar Rumah Park Jiyeon, 11.23 KST

“Na, na..neun…..” Myungsoo bergumam kecil pada dirinya sendiri. Ia terus memandangi kakinya yang menapak di atas lantai salju. Berkali-kali ia menghembuskan nafas beratnya, mengeluarkan sekepul uap karena saking dinginnya. Nalurinya berkata untuk tidak menjawab pertanyaan Jiyeon sedari tadi. ‘Ada perlu apa Kim Myungsoo?’

Jiyeon berkacak pinggang menatap gelagat namja itu di seberang pagarnya. Jiyeon menautkan alisnya bingung dan juga tidak mengerti.

“Kim Myungsoo waeyo?” Tanya Jiyeon dengan tutur ramah. Ia masih menjaga kesabarannya terhadap Myungsoo.

Myungsoo berusaha meneguk ludahnya. Ia menimang-nimang di  benaknya. Apakah Jiyeon pantas mendapat pengakuan yang konyol ini … sekarang?

‘Apakah Jiyeon akan menerimaku begitu saja?’

‘Tujuanku kesini adalah, mengambil kotak musik itu dan mengembalikan uangnya. Dan.. membawa kotak musik itu kembali. Lalu kotak musik itu akan kuberikan pada Jiyeon. Terlalu bodoh jika aku gegabah.. Ini adalah hal yang tidak mungkin..’

Jiyeon yang menyadari Myungsoo sedari terdiam pun mulai risih. Ia lalu mengangkat dagunya. Memandangi langit yang begitu gelap karena badai, sinar matahari yang tertutup sabut awan. Angin dingin yang selalu menusuk kulitnya hingga tulang. Berdiri lama-lama disini butuh perjuangan. Tak bisa dipungkiri, Jiyeon merasa bodoh jika terus-terusan berdiri dibawah badai salju. Itu sama saja membunuh diri sendiri.

“Jika tidak penting aku akan segera masuk..” Ujar Jiyeon ketus. Disambut tatapan kaget oleh Myungsoo. Myungsoo spontan menaikan pandangannya. Berusaha menatap wajah Jiyeon yang kelihatan ‘kau-membuang-waktuku-saja’

“Emm.. Jiyeon, kotak musik itu..” Balas Myungsoo, nadanya terputus. Badai salju hampir saja menutup kepekaan telinga Jiyeon untuk bisa mendengarnya.

Jiyeon berfikir keras. Baru saja ia pulang dari toko reparasi Kim dan membeli kotak musik berharga itu. Namun, mengapa secepat itu Myungsoo mengetahuinya? Sungguh tidak logis. Namun Jiyeon berusaha mempersingkat percakapan. Ia lebih memilih to the point daripada sejenak bingung dengan pernyataan Myungsoo.

“Ada apa dengan.. kotak-musik-itu?” Tanya Jiyeon dengan penuh penekanan. Air mukanya yang semula ramah kini sudah pudar. Tingkah Myungsoo yang terlalu lambat membuat kesabarannya menurun.

“Ah.. Itu, “

Hening,

ZRRRRRRRR~

Angin dingin kembali menusuk kulit mereka hingga tulang. Membuat Jiyeon memeluk dirinya sendiri. Ia lalu menatap wajah Myungsoo yang kelihatan tidak berdosa itu. “Itu apa?” Katanya ketus.

Terjadi kejengahan diantara mereka.

Jiyeon sudah tidak sabar lagi. Dalam benaknya ia berfikir. Myungsoo? dia adalah namja paling aneh yang pernah Jiyeon temui. Tak terbesit sama sekali di benak Jiyeon bahwa Myungsoo menyukainya. Jangan harap, fikiran Jiyeon terlalu pendek untuk memikirkan itu. Jiyeon berdecak sebal. Ia hendak membuka mulutnya,

Namun,

“Sudahlah.. tidak penting,”

Terdengar nada keputus-asaan dari Myungsoo. Namja itu meremas jaketnya erat. Seakan kehilangan harapan untuk selama-lamanya. Mencoba mengikhlaskan satu-satunya harapan dalam hidupnya. Ia lalu memandang Jiyeon dengan tatapan yang meyakinkannya.

“Ini tidak penting..”

Jiyeon menghembuskan nafas berat. Ia memutar bola matanya. Hendak menjerit dan marah. Namun niatnya itu dia buang jauh-jauh, mengingat Myungsoo adalah orang baru yang belum mengerti sosok dirinya. Sosok dirinya yang tidak sabar akan sesuatu hal yang bertempo lambat.

“Baiklah, aku akan pergi jika itu tidak penting..” Jiyeon membalikan badannya. Mulai melangkah untuk memasuki pintu rumahnya. Myungsoo menatap bahu Jiyeon yang terus menjauh-dan-menjauh seiring jatuhnya salju. Mata Myungsoo terus mengikuti bayangan yeoja itu hingga dia benar-benar hilang.

BLAM

Pintu rumahnya ditutup dengan keras.

Myungsoo memandanginya dengan tatapan kosong. Harapan, ya.. dia adalah satu-satunya harapan.

#

Yanggeng University

“Kau kelihatan tidak sehat? Waeyo?” Tanya Ji Eun. Ia sibuk mengaduk cokelat hangatnya dengan sendok kecil sembari mencurigai keadaan Myungsoo hari ini. Sejak awal bel istirahat dan sejak namja itu melakukan kegiatan makannya. Tak ada sedikitpun canda tawa. Kejengahan dan sekedar basa-basi. “Ya, kenapa kau?” Ulang Ji Eun.

“Aku? Hmph..” Jawab Myungsoo. Membuat sosok Ji Eun tidak puas dengan jawaban yang diberikan Myungsoo. Myungsoo hanya memberikan segelintir kata dan tersenyum kecut. Lalu ia melanjutkan, “Aku hanya terkena flu.. kemarin badai dan aku terlalu banyak diluar”

Ji Eun memutar bola matanya malas. Menurut Ji Eun, Myungsoo adalah orang paling naif sejagad raya. Di benak Ji Eun teringat sosok paman Kim yang merupakan paman dari Myungsoo. Myungsoo pernah menceritakan padanya kalau pamannya itu -paman Kim- adalah paman paling naif se-Korea Selatan. Namun, nyatanya hal itu menurun pada keponakannya sendiri. “Bodoh…” Timpal Ji Eun sambil terkekeh. Lalu ia menyendokan sesendok cairan cokelat yang menguap kedalam mulutnya.

“Aku tidak bodoh Lee Ji Eun. Setidaknya aku masih bisa kuliah..” Myungsoo berujar dengan suara khas flu nya. “Hachingg!” Myungsoo bersin. Ia lalu memegangi hidungnya yang tampak merah. Ji Eun hanya tersenyum jahil. Myungsoo langsung mengalihkan pembicaraan.

“Dimana Jiyeon? Apakah ia tidak masuk?” Myungsoo mendelik pada Ji Eun. Memang sedari pagi Myungsoo tidak melihat Jiyeon. Myungsoo yang satu jurusan dengan Jiyeon saja tidak tahu. Apalagi Ji Eun.

“Tentu saja aku tidak tahu dimana dia.. kau kan yang satu kelas dengannya, atau mungkin ia tidak masuk hari ini?” Balas Ji Eun mencibir. Myungsoo memang tidak pernah berubah.

Dalam benak Myungsoo ia tersadar. ‘Apakah ia sakit karena ia berdiri di bawah badai salju kemarin?’

‘Padahal aku membela diriku datang kuliah karena aku ingin minta maaf padanya. Aku yakin sakit yang dia alami tidak separah yang kualami, namun mengapa ia malah tidak masuk?’

“Haching!” Myungsoo kembali bersin. Ji Eun terkekeh kecil. Penampilan Myungsoo yang bersin memang bisa menimbulkan ledakan tawa. Namun, Ji Eun masih bisa mengontrolnya dengan baik. “Jaga dirimu,” Ujar yeoja itu. Myungsoo hanya memandang Ji Eun dengan tatapan malas. Lalu ia bangkit dari mejanya. “Aku duluan..” Katanya datar.

Tiba-tiba di benak Ji Eun teringat sesuatu. Ia menjerit pada Myungsoo saat bahu namja itu sedikit menjauh.

“Myungsoo-a!” Jerit Ji Eun. Myungsoo menengok kearahnya. “Apa lagi?” Tanyanya. Ji Eun kembali menjerit. “Apa misimu berhasil kemarin?”

DEG

Myungsoo membeku seketika. Ia bingung apa yang harus ia jawab pada Ji Eun. Bilang padanya yang sebenarnya? Ji Eun pasti akan mengocehinya. Mengejeknya karena nyali yang minim.

Sejenak Myungsoo terdiam memandangi alis Ji Eun yang bertaut. Namja itu memilih tidak menjawabnya. Myungsoo hanya tersenyum pada Ji Eun lalu berlalu. Membuat Ji Eun terpaksa untuk menebaknya sendiri.

Myungsoo sudah berlalu dari kantin.

“Apa arti senyumannya itu? Berhasil kah?”

~~

Flashback 10 Menit Yang Lalu-

Jiyeon POV

Kuliah hari ini sangat berat bagiku. Setelah kejadian kemarin, aku tidak bisa berfikir dengan jernih tentang seseorang yang bernama Myungsoo itu. Dia itu aneh. Sangat aneh dan bahkan mencurigakan. Ilfil? Mungkin itu yang bisa mendeksripsikan perasaanku saat ini.

Kupaksakan hari ini sekolah. Walau terkadang aku merasa tidak enak badan. Aku.. aku ingin menceritakan semuanya pada Ji Eun. Apakah ia bisa mengungkap semuanya? Atau memang Ji Eun merencanakan ini sebelumnya?

Naluriku membujuk untuk ke kantin. Dan.. lihat apa yang kudapatkan? Namja aneh itu lagi-lagi berduaan dengan Ji Eun. Tidak seperti yang kuharapkan sebelumnya. Kupikir sampai kantin aku bisa langsung menghampiri Ji Eun dengan gaya biasa. Namun, disana ada Myungsoo.. aku lebih baik menghindar dari namja aneh itu. Saat aku bersamanya, aura di sekelilingku jadi berbeda. Aku, aku tidak tahu mengapa.. pokoknya aku merasa aneh jika bersamanya.

Ji Eun.. yang belakangan ini lebih banyak meluangkan waktu bersama Kim Myungsoo daripada bersamaku. Aku merasa kecewa.. sedih, marah, dan merasa dikhianati. Sejenak aku berfikir, mengapa Ji Eun ada di pihaknya? Ya, aku merasa aneh belakangan ini. Kecewa, sedih, marah, kesal.. perasaanku saat ini sungguh menjijikan.

Langkahku terantuk di seberang kantin. Aku berniat untuk tidak melanjutkan langkahku kesana. Aku berbalik.. dan berjalan tanpa arah. Perasaan yang sangat aneh,

Flashback end

#

Author POV

Rumah Jiyeon, 18.00 KST

Jiyeon memainkan kotak musik itu. Bentuk dan lekuknya ia sentuh bergantian dan memandanginya penuh arti. Ia lalu menelusuri tiap lekuknya, mencari ujung dari ukirannya yang indah. Ia terkagum sendiri memandanginya.

Ia lalu memandangi tulisan yang buram yang terdapat di kaca kotak musik itu. Tidak jelas. Perpaduan huruf hangul yang rumit. Di mata Jiyeon, ia hanya dapat melihat huruf Y diantara tulisan yang tidak jelas itu. Namun ia tidak menghiraukannya dan segera menyalakan kotak musik itu.

Musik mengalun dengan indah~

Senyum di bibir Jiyeon merekah. Ia tertidur..

Flashback

7 Juni, 10.00 KST

Saat itu salju turun dengan perlahan. Tak ada tanda-tanda badai sebelumnya. Jiyeon terus melangkahkan kakinya ke toko reparasi favoritnya. Senyumnya merekah saat melihat ahjussi Kim yang tersenyum padanya. Ia lalu masuk kedalam ruang reparasi kuno itu.

KRING~

Bunyi gemerincing kecil terdengar. “Ahjussi!” Sapa Jiyeon pada paman Kim-pamannya Myungsoo-. Walau sebatas hubungan penjual dan pembeli. Namun, Jiyeon sudah menganggap ahjussi kim adalah bagian dari hidupnya. Sudah hampir 2 tahun selama kuliah ini ia datang. Sebenarnya ia sedikit iba melihat keadaan paman tua itu yang terus menerus berdiri di toko reparasi sendirian. Jiyeon selalu bertanya-tanya dalam hati. ‘Apakah paman ini tinggal sendiri?’ Namun pertanyaan itu tak pernah ia utarakan pada ahjussi kim selama 2 tahun belakangan.

“Saenggil Chukkae Hamnida..” Paman Kim mengulurkan tangannya pada Jiyeon. “Semoga kuliahmu sukses, nak..” Timpal paman Kim lagi. Membuat Jiyeon sedikit tertegun. “Gamsahamnida paman..” Balas Jiyeon. Lalu ia segera melirik jamnya yang rusak itu.

“Sebenarnya aku ingin membetulkan jam ku ini..” Jiyeon menaruh jam nya itu diatas meja reparasi. Paman kim mengamatinya dengan raut serius. “Ini perihal mudah” Katanya sambil sedikit tertawa. Lalu paman itu langsung mengambil peralatannya dan membetulkannya. “Hanya butuh beberapa menit kok” Lanjut paman kim. Jiyeon mengangguk. Lalu yeoja itu memandangi suasana toko itu.

Lukisan dengan bingkai berdebu, lantai kayu, gagang sapu di tiap ujung ruangan, juga perabotan. Juga detik jam yang terdengar jelas.

Pandangan Jiyeon lalu berhenti pada sebuah kotak musik yang tergeletak begitu saja. Sontak hatinya berdebar. Ia pun melangkah ringan ke arah benda itu berada. Ia lalu berjongkok untuk meraih kotak musik itu. Setelah mendapatkannya ia lalu bangkit dan kembali melangkah ke meja reparasi seraya terus memandangi kotak musik itu.

“Nah! sudah selesai, nak” Paman kim menyerahkan jam itu pada Jiyeon. Jiyeon masih terbengong dengan kotak musik yang kini ada di genggamannya. Sehingga ia tidak merespon pernyataan paman kim. Paman kim spontan mengikuti arah pandang Jiyeon.

“Kau bisa mendapatkanya..”

Mata Jiyeon berbinar mendengarnya. Ia lalu memandang paman kim lekat. “Jinja yo? Aku pikir ini masih punya paman?” lalu paman kim mengangguk ramah. “Ambilah untukmu jika kau suka..”

Jiyeon lalu memandang kotak musik itu sekali lagi. Dan ia berterimakasih pada paman kim. “Oh ahjussi gamsahamnida! aku tidak enak jika tidak membayar..”

Jiyeon lalu mengeluarkan dompetnya, “Nah.. ” Ia menaruh uangnya di atas meja. “Jangan sungkan paman.. benda ini sangat berharga bagiku, tidak wajar jika aku tidak membayar..”

Paman kim menganga. “Tidak usah nak. Ambil saja..”

“Sudah.. ini rejeki paman deh.” Balas Jiyeon riang. Uangnya termasuk banyak walaupun untuk membayar sebuah kotak musik kuno.

“Gamsahamnida paman..” Jiyeon menunduk. Ia lalu meninggalkan paman kim dalam keheningan.

Flashback end~

#

Yanggeng University,

“Ji Eun-ah?”

Jiyeon menatap lamat sahabatnya itu. Ia menyelidiki sosoknya yang nampak aneh dimatanya akhir-akhir ini.

“Ne, waeyo?” Balasnya, tanpa ada sedikit rasa rindu pada Jiyeon. Jiyeon hanya terdiam. “Bagaimana kabarmu?” Sindirnya. Tak ada nada riang sama sekali.

“Ya Jiyeon-a! aku hampa tanpamu! mengapa kau kemarin tidak masuk?” Alih Ji Eun sembari memegang lengan Jiyeon. Jiyeon tersenyum ketika mendapat respon riang dari sahabatnya.

“Aku… sakit..” Lanjut Jiyeon dusta. Kemarin sebenarnya Jiyeon masuk. Namun, ia tidak menampakan dirinya dihadaopan Ji Eun sama sekali. Terlebih hatinya yang sakit karena kemarin Ji Eun sama sekali tidak peduli padanya. Bayang-bayang Myungsoo masih teringat.

“Sakit mwoya? wah.. akhir-akhir ini kau aneh,” Ji Eun lalu duduk di bangku di dekatnya. Spontan Jiyeon ikut duduk. “Aneh? justru sekarang aku merasa bahagia,,”

“Ulang tahunku.. aku mendapatkan sesuatu yang berharga..” Gumam Jiyeon.

Ji Eun tersenyum memandang Jiyeon. Ia sudah menebak kalau Jiyeon pasti mendapatkan pengakuan dr Myungsoo dan juga kotak musik itu. Ji Eun lalu semakin memojokan Jiyeon. “Apa itu?”

Jiyeon tersenyum dipaksakan. “Ya, kotak musik…” Katanya. Jiyeon sendiri bingung mengapa dia menjadi seperti ini. Menjadi lemas dan kaku jika berhadapan dengan Ji Eun. Bukankah ia seharusnya bahagia karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan selama ini?

“Kotak musik? wow! nasibmu benar-benar mujur Jiyeon-a!” Pekik Ji Eun girang. Walaupun ia pura-pura tidak tahu akan hal yang terjadi pada Jiyeon. “Bisa kau jelaskan padaku bagaimana kau mendapatkannya?”

DEG

Tiba-tiba jantung Jiyeon berdetak lebih cepat. Sungguh aneh, dan Jiyeon merasakan insting yang kuat. Jiyeon sungguh merasa aneh. Sangat aneh. Namun, ia tetap menjelaskan pada Ji Eun apa yang terjadi padanya pada hari minggu itu, saat ia ulang tahun. “Aku ingin bercerita padamu Ji Eun-a.. dan juga sesuatu yang aneh…” Timpal Jiyeon membuat alis Ji Eun bertaut.

“Oke aku siap mendengarkannya..” Balas Ji Eun antusias.

Jiyeon memasukan bibirnya kedalam mulut. Lalu ia menghembuskan nafas berat. “Aku tak sengaja mendapatkannya.. kotak musik itu, mungkin hari itu adalah hari keberuntungannku..”

“Aku pergi ke toko reparasi kim. dan mendapati kotak musik itu jatuh. Lalu aku memungutnya dan mendesaknya pada paman kim. aku.. pelanggan tetapnya.. dan aku membelinya.. dan itu, setimpal..” Ujar Jiyeon padat. Ia berbicara dengan penjedaan yang pas. Dan penjelasannya itu sontak membuat Ji Eun menautkan alisnya bingung dan ia menganga dalam hati.

‘Jadi myungsoo tidak memberinya? myungsoo tidak melakukannya?’

Ji Eun teringat kejadian kemarin di kantin. Saat ia dan Myungsoo bersama. Ji Eun menanyakan tentang hal itu pada Myungsoo dan Myungsoo hanya menjawabnya dengan sebuah ‘senyuman’. Jadi.. ini kah arti yang sesungguhnya dari senyumannya itu?

Ji Eun lalu kembali tersadar akan Jiyeon yang kembali mengurnya. “Ya Ji Eun kau mendengarku?”

Ji eun kembali mengerjapkan matanya beberapa kali “Ya, lanjutkan…” katanya ketus.

Terdengar kejengahan diantara mereka. Ji Eun memutuskan untuk menunggu Jiyeon untuk berbicara.

“Kim Myungsoo….”

Ji Eun tertegun mendengar nama itu. Ia menatap Jiyeon lamat. ‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Myungsoo?’ pikir Ji Eun.

“Dia.. itu sangat aneh, belakangan ini aku merasa aneh karenanya..” Lanjut Jiyeon. Ji Eun hanya menatap Jiyeon dengan pandangan kosong. Ji Eun lalu mengangkat dagunya. “Apa yang terjadi dengan Kim Myungsoo?” Ujar Ji Eun. Seakan tidak kenal dekat dengan Myungsoo sehingga menyebut namanya secara utuh.

“Kau tahu kemarin badai salju?”

Ji Eun mengangguk.

“Dia datang ke rumahku saat badai puncak.” Lanjut Jiyeon dengan raut serius. Ji Eun semakin membulatkan matanya.

“Apa yang terjadi?” Tanya Ji Eun antusias. Jiyeon lalu menghembuskan nafas berat. “Dia itu aneh,”

“Sudah 15 menit kami berdiri dibawah badai salju. Tapi ia tak kunjung mengucapkan apa-apa. Dan pada akhirnya?” Ujar Jiyeon menggantungkan kalimatnya.

“Pada akhirnya apa?” Tanya Ji Eun.

“Dia bilang apa yang ingin ia sampaikan padaku tidak penting.” Jiyeon melanjutkan lagi. “Itu aneh bukan?”

Kata ‘aneh’ itu lebih pantas diganti ‘bodoh’. Myungsoo lebih suka dibilang bodoh melainkan aneh. Ji Eun mengangguk mengerti dan memberi Jiyeon sebuah tatapan kaget. “Dia bodoh,” Ujar Ji Eun kecil. Jiyeon menatapnya penuh tanya dan bingung.

“Mengapa kau bilang Myungsoo bodoh?” Tanya Jiyeon menautkan alisnya. Sementara itu Ji Eun langsung bangkit dari duduknya.

Ji Eun berlari ke gedung barat. Meninggalkan Jiyeon sendiri terduduk bingung di bangku. Namun, Jiyeon terdiam di bangkunya. Tak ada niat mengejarnya. Mungkin ia harus menunggu.

Akhirnya Ji Eun semakin menjauh.

Namun perasaan Jiyeon yang khawatir dan instingnya yang kuat kembali membangunkannya.

Jiyeon bangun.. dan ia berlari mencari Ji Eun.

~~

Ji Eun POV

Mengapa Myungsoo terlalu bodoh? Tidak cukupkah nasihatku padanya? Dia nyaris saja membuat Jiyeon membencinya. Dan Myungsoo.. kau sudah menipuku.

Aku pun terus berlari mencari sosok Myungsoo. Mengelilingi gedung anak musik yang sangat kompleks. Dan sialnya tidak kutemukan sosok namja nyali kecil itu.

“Kemana dia?” Gumamku.

Aku pun terus berlari dan berlari. Hingga nafasku tersengal sempurna.

Pandangannku membulat melihat seseorang yang terdiam di taman. Myungsoo.. ia membiarkan angin dingin menembus kulitnya dan juga salju yang menghujani tubuhnya. Dia bodoh.

“Myungsoo!”

Aku menarik bahunya agar ia menghadap padaku. Aku menatapnya tajam. Namun, ia menatapku tanpa ekspresi sedikitpun. Sebegitu tenangnya kah dia? dia yang kehilangan harapan satu-satunya saat ini?

“Myungsoo, apa kau bodoh! katakan! katakan padaku yang sebenarnya!” Aku meremas lengan myungsoo erat. Ia tidak menghiraukanku. “Myungsoo!” Jeritku. Ia hanya tersenyum getir menatapku.

“Tidakkah kau tahu? Aku sudah melakukan yang terbaik. Namun, takdir menolakku..” Ujar Myungsoo membuat Ji Eun tambah kalut dibuatnya.

“Jiyeon.. apakah di hatiku cuma ada dia? Apakah.. 5 tahun adalah akhirnya?” Tuntas Myungsoo. Membuatku tertegun seketika. Myungsoo, dia tidak putus asa seperti yang kuperkirakan. Namun, rasa kecewaku masih tersisa padanya. Dia masih Myungsoo yang bodoh. Yang menyia-nyiakan Jiyeon seenak hatinya.

“Aku yakin, rasamu terhadap Jiyeon belum hilang. Dan mengapa kau sok tegar begitu.” Balasku seraya meremas lengannya. Ia lalu melepaskan genggaman tanganku terhadap lengannya. ”Kau tidak mengerti, Lee Ji Eun..” Timpalnya. Membuat ku tambah kecewa.

Aku langsung membalas bidikannya “Kau menyia-nyiakan kesempatan.. dan aku mengerti semuanya, Kim Myungsoo..”

ZLAPT

Author POV

Jiyeon mencari dan instingnya bilang kalau Ji Eun berada di taman. Dan ternyata bidikannya tepat. Dengan langkah cepat ia melangkahkan kakinya ke taman terbuka itu. Ia siap dengan salju yang akan menerpanya.

Tak jauh dari pepohonan ia melihat. Ya, lagi-lagi Ji Eun dan Myungsoo. Jiyeon berdecak sebal melihatnya. Ia terus berfikiran negatif tentang mereka. Tentang relasi mereka dan juga sesuatu yang disembunyikan mereka dari Jiyeon. Jiyeon tidak pernah mengerti apa maksud sahabatnya itu. Ji Eun memang jarang bersifat terbuka padanya belakangan ini.

Jiyeon menghampiri mereka berdua, tidak tahan lagi. Ia ingin menyeruakan perasaan kesalnya, kecewanya, penasarannya dan segala perasaan anehnya pada mereka.

~

Seseorang tiba-tiba muncul diantara mereka berdua. Myungsoo dan Ji Eun terhenyak, mereka saling pandang satu sama lain. Yeoja yang menjadi penengah itu langsung berujar.

“Apa dia mengganggumu, Ji Eun-a? apa dia menjadi aneh lagi?” Tanya Jiyeon seraya menyindir. Ia lalu menatap Myungsoo lamat. Dan mencoba berada di pihak Ji Eun.

“Sebenarnya apa maumu Kim Myungsoo?”

Myungsoo terdiam. Tak tahu harus berbuat apa. Ji Eun lalu menggenggam tangan Jiyeon erat. “Sudah…” Ji Eun mencoba menenangkan Jiyeon.

Jiyeon spontan melepaskan tangan Ji Eun, ia sudah tak tahan berpura-pura tenang. “Sebenarnya apa sih yang terjadi dengan kalian?!”

“Kenapa kau ..” Jiyeon mengarahkan tatapannya pada Ji Eun. “Kenapa kau ? ada apa antara kau dengan dia? mengapa?”

“Kau terlibat masalah dengannya dan kau tidak memberitahuku?” Ujar Jiyeon lagi, berusaha sabar namun nadanya sedikit menjerit. Jiyeon lalu mengacak rambutnya kesal. Ia takkan pernah mengerti dengan perasaanya yang kesal, kecewa, dan sedih sekaligus. Entah pada sahabatnya atau pada orang baru itu, Kim Myungsoo.

“Ayo.. katakan padaku Ji Eun.. katakan padaku sebenarnya apa yang terjadi?” Jiyeon mengguncang-guncangkan pundak ji eun. Sementara myungsoo hanya terdiam dan memandang kosong mereka berdua.

salju semakin sering jatuh. uap dingin dari mulut mereka terus beterbangan. Myungsoo merasakan hawa dingin pada tubuhnya dan tersadar. Bahwa sekarang jiyeon mendesak ji eun tentang apa yang terjadi. dan jika ji eun menjelaskan semuanya pada jiyeon. myungsoo sudah benar-benar tidak ada harapan lagi. namanya ternodai begitu saja. kenangan dan kejadian yang terjadi selama 5 tahun adalah sebuah penantian. namun, apakah ji eun akan berhianat padanya dan memberi tahu semuanya pada jiyeon?

apakah ji eun akan termakan oleh omongan jiyeon? hal itulah yang di perdebatkan di benak myungsoo saat ini. hatinya tidak tenang. jantungnya berdegup keras.

dilihatnya ji eun yang ingin mengucapkan sebuah kata.

“Dia.. kim myungsoo, dia mencintaimu sejak 5 tahun yang lalu..”

DEG

Sepasang jantung milik jiyeon dan myungsoo berdetak jauh lebih cepat. namun tidak untuk jantung ji eun. myungsoo menunduk, kali ini myungsoo merasa. mencintai seorang jiyeon adalah salah. setelah semua terungkap sekarang. apakah jiyeon akan membencinya?

jiyeon mengerjapkan matanya berkali kali pada ji eun yang terdiam kaku. ia tidak percaya, jiyeon tidak pernah memperkirakan sejauh itu. bahkan perasaannya pada myungsoo selama ini adalah kekalutan yang rumit. ia tidak pernah menyangka.

“Kotak musik itu..” lanjut ji eun terbata. myungsoo tersenyum getir mendengarnya.

“bagus ji eun.. bongkarlah semuanya.” katanya mencibir.

“kau menghancurkan hidupku sekarang..” myungsoo menatap tajam ji eun dan berlalu dari taman yang dingin itu.

angin berhembus dari barat ke timur. membuat helaian rambut yeoja itu bergerak jauh. ji eun menatap jiyeon lekat lalu memeluknya.

“Sekarang kau tahu kan yang sebenarnya? sekarang kau tahu kan? jangan marah padaku..” ji eun mengeratkan pelukannya. nadanya parau. jiyeon membalas pelukan sahabatnya itu. hatinya masih tidak keruan mendapat pernyataan dr ji eun tadi. dan myungsoo..

jiyeon menatap ke arah belakang. mengharapkan bahu myungsoo yang masih terlihat. rasanya ia ingin memanggil namja itu. dan meminta keterangan lebih jauh. kotak musik itu, kim myungsoo belum menjelaskannya. keanehan yang myungsoo berikan pada jiyeon saat hari ulang tahunnya. 7 juni.. badai salju.. dia naif,

“Aku.. harus mengejarnya..” spontan, jiyeon melepaskan pelukan ji eun. ia berlari mencari myungsoo. ji eun terhenti di taman, tak kuat berlari lagi.

~~~

Myungsoo pov

dia menghancurkan semuanya. ji eun.. hatiku kalut saat ini. mendapatkan kenyataan yang pahit. aku tak menyangka ji eun memberitahunya. padahal kukira ia tidak seperti itu.

aku menelusuri jalan setapak yang lumayan terlindung dari salju. aku benci salju. sekarang, aku harus melupakan jiyeon. karena dia, dia sudah tahu semuanya dan dia membenciku. hah, aku bodoh.. mengapa aku berfikir kalo yeoja di dunia ini hanya dia? bahkan jika aku mau aku bisa saja pindah dari universitas ini jika aku tidak menyukai yeoja itu. ya bodoh, aku bodoh karena aku terlalu terobsesi dan terlalu takut.

SLPT

aku merasakan kehangatan di pundak kananku. apa perasaanku saja? seseorang menyentuh pundak kananku. kuharap itu … ah sudahlah, aku tidak mau berharap.

aku tidak mau lagi berhadapan dengan siapapun. itu hanya membuatku tampak bodoh. aku ..kim myungsoo yang lemah.

aku pun melepaskan tangan itu dan berjalan lagi. tapi..

dia memelukku dari belakang..

sejenak aku merasakan darahku berdesir. membuat suhuku jauh lebih hangat. aku terdiam, kaku. lidahku kelu. aku berfikir ini konyol. tak mungkin yang memelukku ini adalah orang yang kuharapkan. tidak mungkin.

aku terdiam. menunggu keajaiban. entah keajaiban itu apa. sampai saatnya aku mendengar sebuah suara. ya, suara yang kukenal..

“Kim myungsoo.. apa itu kotak musikmu?”

aku diam.

“apakah itu milikmu? apa benda itu begitu berharga bagimu?”

aku tetap diam.

“apa itu benar? apa 5 tahun adalah waktu yang begitu berharga bagimu?”

aku diam.

“sebegitu besarnya kah pengorbananmu untukku?”

hening.. yeoja yang memeluku dari belakang itu tak kunjung berujar lagi. yang kudengar adalah isakan kecil darinya. dan.. aku berusaha untuk tidak berbalik menghadapnya. aku sudah terlanjur patah hati. namun kubiarkan lengannya terus mendekapku.

aku masih diam.

zrrrrrr~

udara dingin itu kembali menyapu tubuhku. namun kali ini, udara itu tidak menembus tulangku. aku merasa.. hangat.

“kau tahu kim myungsoo.. aku selalu merasa kecewa, kesal, dan sedih jika kau berada di dekat ji eun..” terdengar isakan disela bicaranya.

“sekarang.. aku tahu perasaanku itu apa..”

DEG

apa aku tidak salah dengar?

“aku.. tidak mau kehilanganmu…”

kembali terdengar isakan. namun aku tetap menyemangati diriku agar aku tidak berbalik menghadapnya. namun, ia kembali menangis.

aku.. aku tidak mau yeoja menangis karenaku. apalagi dua kali,

aku membalikan badanku padanya. mengeratkan pelukanku padanya.

“dan aku juga, tidak mau kehilanganmu..”

salju itu tetap turun, kini menumpuk di kepalaku juga jiyeon. namun, aku tidak merasakan dinginnya. sebaliknya, aku hangat dalam pelukannya.

The End

OKE AKU BUTUH PENDAPAT KALIAN TTG FF INI^^ MOHON KOMEN YA^^

7 comments

Kritik dan Saran ?