OMCIA! YBIMA [Part11]


OMCIA

| Title |

One Month Crush In Apartemen! [Yadong boy in my apartemen!]

| Author |

Bekicot Princess aka @Saarahsalsabil

| Main Cast |

Park Leera

Kim Jong In

Park Chanyeol

Seo Joo Hyun

| Genre |

School life, romance, fluff, AU

| Length |

Chaptered

| Rating |

PG-15

| Summary |

Tinggal dengan namja mesum itu di apartemen ini?! GILA! Shireo!

Previous Part

| Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 | Part 6a | Part 6b | Part 7a | Part 7b | Part 8 | Part 9a | Part 9b |Part 10|

100% ORIGINAL BY @SAARAHSALSABIL

mian for typos and others:(

Previous>>

Leera terombang-ambing dalam mimpinya. Bayang-bayang putih masih menghantui benaknya. Ia masih ada di dalam mimpinya. Namun, sejak sorotan cahaya mengenainya. Semua bayang-bayang putih itu berubah. Kelopak matanya membuka dengan cekatan.

Seakan baru menerima sebuah jantung yang baru.

Leera langsung melihat dunia yang lebih terang dari sebelumnya. Bau dedaunan dan tanah yang basah tak lagi diciumnya. Tetapi aroma Air conditioner kamar apartement nya lah yang ia rasakan sekarang. Kasur yang empuk ini hanya ada di kamarnya. Juga cahaya yang terang ini adalah …

“Bangunlah..”

ZLEPT

Leera langsung melihat namja itu berdiri di samping tempat tidurnya. Tangannya baru saja lepas dari gorden. Ternyata, ia yang membiarkan cahaya itu masuk ke dalam kamarnya.

Leera tentu saja kaget. Terakhir kali kelopak matanya terbuka ialah saat ia berada di samping Chanyeol. Tepatnya di dalam van Suho. Dan sekarang, ia sudah ada di apartemennya?

“Hah..”

Leera langsung bangun untuk duduk. Rambut panjang nya yang tergerai masih menutupi wajahnya. “Ini jam berapa?” Tukas Leera panik.

“Kita sekolah atau tidak?!” Tanya Leera.

Kai hanya mengendikkan bahu. “Kalau aku tidak mau.” Ujarnya. Sorot mata Kai terlihat berbeda dari biasanya.

“Sekarang kita kembali ke apartemen. Hidup seperti biasa. Dan aku kembali dimarahi oleh yeoja cerewet ini.” Tutur Kai sembari keluar kamar. Leera hanya terdiam. Ia masih merasakan gejolak yang aneh, bukan… ia merasa ia tidak akan leluasa lagi memarahi Kai sekarang. Entah mengapa.

Leera ingin saja kembali marah-marah dan menjerit. Namun, ia sudah tidak terbiasa lagi dengan semua itu setelah ia melalui semuanya kemarin. Dunia,

Serasa berubah..

***

Park Leera meremas ujung selimutnya,

Mengapa dunia serasa berubah?

Gadis ini tidak akan pernah tau apa yang dirasakkannya sekarang. Ia baru menyadari kalau ia bersikap baik terhadap lelaki di depannya tadi. Ia berbicara tanpa nada menjerit khasnya, ia juga tidak suka cemberut lagi. Park Leera yang katanya cute ini baru sadar akan itu semua. Dan dalam hatinya ia menyesal tidak suka.

Menurunkan harga diri saja!

Semangat yang membara tiba-tiba muncul di benaknya. Layaknya ruh yang hidup kembali. Leera bersumpah tidak akan bersikap baik-baik pada lelaki ini. Setelah ia berfikir ribuan kali dan mengingat kejadian-kejadian yang terjadi saat kemah kemarin, ia merasa seperti gadis paling bodoh. Ia terlihat seperti keledai. Dalam benak Leera, ia membayangkan Kai yang tertawa-tawa puas di dalam hatinya karena berhasil meluluhkan hati Leera dengan segala cerita bulusnya.

Sial!

Apa pula gadis masalalu masalalu itu! Ia pasti hanya mengarangnya!

Leera meloncat dari kasurnya. Lalu bersiap ke kamar mandi. Ia akan sekolah hari ini, bagaimanapun caranya. Daripada seharian di apartemen bersama Kai, mengapa ia tidak keluar dari apartemen mewah ini dan berbincang-bincang dengan Chanyeol di sekolah?

Gadis itu menginjak lantai dingin apartemennya, lalu mematikan air conditioner yang masih menyala. Lalu ia mencari handuk baru dari towel racks miliknya. Karena penyewa kamar apartemen ini hanya menggunakan handuk yang sama tiap seminggu sekali, dan berganti handuk baru setelahnya. Gadis itu menyisir poni emasnya ke belakang kepala dan mencari-cari handuk yang pas untuknya di towel racks. Tentu saja yang berwarna pink soft kegemarannya. Ia melihat tumpukkan handuk mahal itu dengan wajah datar seolah sering melihatnya, setelah ia mendapat handuk yang paling pas. Ia menutup towel racks dan segera melangkah besar dari ruangan itu.

Ia melewati dapur dan melihat Kai yang sedang menjilati selai stroberi di rotinyaLeera langsung memalingkan pandangannya dengan jijik dan segera berlari ke kamar mandi. Ia tidak mau melihat wajah lelaki byuntae itu lebih lama lagi.

DAMP!

Pintu dibanting oleh Leera. Menyisakan suara decitan yang amat keras untuk telinga Kai yang sedang asyik menjilati rotinya.

“Hati-hati gadis payah!”

Pekik Kai dari dapur lalu melanjutkan makannya. Kemudian Kai tersenyum samar, seolah mengerti apa isi hati Leera.

“Jadi.. dia mau bertemu namjachingu nya di sekolah?” Sebelah bibir Kai tertarik.

LATER

“Antarkan aku. Hasigi balabnida (kumohon)!”

Leera yang sudah rapih dengan blazer hitamnya dan rok hitam selutut bersimpuh pada Kai, lelaki di depannya ini. Leera sudah terkemas rapih dengan seragamnya, rambut emasnya juga sudah ia tata sedemikian rupa hingga sedikit bergelombang. Pokoknya ia sudah perfect pagi ini. Dan jangan sampai Kai menghancurkan pagi berharganya.

Sudah lebih dari 5 menit Leera memohon seperti ini agar Kai mau mengantarnya ke sekolah. Karena, hanya dialah satu-satunya orang yang diberi ultimatum untuk mengantar Leera ke sekolah.

“Kalau mau membolos jangan ajak-ajak aku, babo gibon (dasar bodoh)!”

Leera akhirnya bangun dari kegiatan bersimpuhnya. Ide bodoh itu ternyata tidak mempan dengan Kai. Diperlakukan dengan baik masih saja tidak mempan. Berarti lelaki ini minta jurus taekwondo! Daritadi Kai hanya menjawab ‘hmm’, ‘eotteohge najung-e neun (bagaimana ya)?’, dan kata-kata tidak penting lainnya. Dia pikir dia siapa bisa mempermainkan Leera seperti itu?

“Jangan permainkan aku. Kau ini diberi tugas oleh eomma untuk mengantarku ke sekolah. Tapi kau malah mengingkarinya. Dangsin-eun ppal (kau menyebalkan)!” Leera kali ini menarik lengan Kai untuk memaksanya. Tidak ada lagi himbauan untuk tidak menyentuh namja nista ini. Lagipula unsur pemaksaan harus ada tarik-tarikan tangan kan?

Sampai sekarang Kai hanya diam sambil memandangi Leera dengan wajah datar. Ia melemaskan tangannya, ia biarkan saja gadis itu menarik-narik tangannya sambil merengek. Lagipula tidak berefek pada Kai. Mau sekeras apapun tarikannya, Kai tidak akan goyah. Karena namja vs yeoja yang menang adalah namja. Begitu presepsi Kai. Lagipula sekarang Kai tidak mau sekolah karena ia sedang lelah dan ia kesal sekali dengan Chanyeol. Rasanya ia tidak mau melihat wajah Chanyeol yang menyebalkan itu. Gara-gara dia, Kai tidak jadi mendapatkan nilai plus yang sudah direncanakannya matang-matang. Juga, ia malas melihat kelakuan Chanyeol yang berlagak romantis dengan Leera. Dari sudut pandang Kai, Chanyeol adalah seorang aktor yang hebat. Benar-benar hebat. Sampai-sampai semua orang tidak menyadarinya.

Pokoknya, Kai tidak mau sekolah.

“Aku tidak mau sekolah.”

Alih Kai lalu melepaskan tarikan tangan Leera. Ia berbalik ke arah yang berlawanan dari gadis itu. Auranya yang dingin membuat Leera berjengit sebal. Berlagak dingin lebih tepatnya, bukan dingin.

Annyeong baboya namja! Siapa yang mengingkari perjanjian disini?”

“Kau menginap di apartemen ini berarti kau juga harus memberi imbalan untukku!”

“Bukan seenaknya dan menambah bebanku.”

Pada kalimat terakhirnya suara Leera mengecil. Ia merasa tidak kuat lagi dengan sikap namja di depannya. Cuek, egois, pemalas, suka bolos, dan sikap yang susah ditebak. Leera meremas tangannya yang terletak di sebelah pinggangnya. Ia menatap Kai nanar sampai bahu namja itu menghilang ke ruang tengah. Setelah bayangan namja itu hilang dibalik dinding kaca dan menjadi buram, pandangan Leera beralih ke lantai. Beralih sangat lama.

Kali ini namja itu keterlaluan. Bukannya ia bersikap baik tadi pagi?

Pokoknya Leera tidak mau berangkat ke sekolah naik bis kota. Ia hanya mau naik mobil pribadi. Naik mobil pribadi dan diantar oleh Kai.

Akhirnya Leera duduk lemas di sofa. Ia menghembuskan nafas berat sekaligus menahan kesal. Rasanya ini tidak adil. Harusnya kan ia bisa menyetir mobil sendiri, sehingga dari awal Kai tidak perlu tinggal di apartemen mewah miliknya dan memakai seluruh fasilitas disini. Leera juga tidak mengerti mengapa orang tuanya bisa mempunyai teman dengan marga Kim ini. Seingat Leera, ia tidak pernah bertemu dengan tuan Kim dan nyonya Kim seumur hidupnya.

Leera mengambil posisi bersender di sofa. Ia mengerucutkan bibirnya kesal. Ia terus berfikir bagaimana caranya ia bisa sampai ke sekolah jika begini caranya. Leera hendak melaporkan hal ini pada ibunya. Ia pun mengambil ponsel dari saku blazer hitamnya. Ia mengeluarkan ponsel bermerk samsung yang original buatan Korea Selatan itu. Setelah ia mengusap layarnya, ia memandangi walpapernya yang belum pernah ia ganti sejak dulu. Masih Leera yang dulu, Leera yang tak kenal cinta, Leera yang belum pernah mengenal masalah. Disana tertera ia dan Kim Min Hee. Sedang berpose dengan menunjukan V sign. Leera pun beralih ke dial pad untuk menelfon ibunya.

Apa aku harus melakukan ini atau tidak?

Leera menggigit bibirnya gelisah. Ia memikirkan efeknya jika ia menelfon ibunya. Pertama, liburan ibunya akan terganggu, kedua pasti ibunya akan memarahi Leera karena ia selalu berfikir bahwa anaknya lah yang bersikap tidak baik layaknya anak kecil. Kepala Leera ia dongakan ke kiri. Melihat dari balik dinding kaca yang menembus ke arah dapur. Ia melihat dengan jeli. Tidak ada Kai. Mungkinkah anak itu tidur?

“Bodoh. Untuk apa aku mengharapkannya.”

Leera membanting ponselnya di sofa. Hari ini ia sungguh ingin pergi sekolah. Mengapa namja itu menyebalkan sekali. Akhirnya Leera tidak tahan lagi. Ia mengusap wajahnya berkali-kali, frustasi. Ia terus mengusap-usap wajahnya. Make up nya itu hampir luntur karena usapan tangannya yang berkeringat. Lama-lama tangannya menyambar ke rambutnya, menyambar jepit-jepit kecil yang dikenakannya agar rambutnya membentuk lipatan yang pas. Ia berhendak mencabut jepitnya.

Ah! Masabodoh! Aku pergi sendiri saja! Biar namja itu mati kelaparan di rumah!

Leera bangkit dari sofa secara kasar. Ia menyambar ponselnya dan menggenggamnya dengan keras. Lalu dengan langkah cepat gadis ini menuju ke pintu apartemen. Ia ingin cepat-cepat pergi dari sini. Tangannya pun menyentuh kenop pintu dan hendak memutarnya.

GREB

Yeoja itu kaget.

Ia mendapat sentuhan tangan di pundaknya. Sentuhan tangan yang besar. Ia tahu ini tangan siapa.

Leera tidak melepaskan tangan itu. Ia membiarkannya. Ia tetap menghadap ke pintu. Tangannya masih menggenggam erat kenop pintu.

Leera tidak mau bersuara. Ia terus diam.

Perlahan ia menengokkan kepalanya ke belakang tubuhnya. Hendak melihat orang yang menyentuh pundaknya. Ia mengamati orang itu dari atas kebawah dengan pandangan bisaa. Pandangan putus asa.

Dilihatnya Kai mengenakan seragam sekolahnya dengan rapih. Blazer hitam yang terpasang pas di pundak tegapnya. Kemeja putih berkancing di dalam blazernya. Dan kerah kemejanya yang seperti bisaa, tidak di kancing dengan baik. Ia mengenakan celana panjang berwarna hitam senada dengan blazernya. Di pergelangan sebelah kirinya, tas punggungnya menggantung. Sementara tangan sebelah kanannya di masukkan ke kantung celananya. Sorot matanya menatap sorot mata Leera yang sudah putus asa. Ada sinar kesal di mata gadis itu saat Kai memandangnya.

Namja sempurna itu masih mendaratkan tangannya di pundak Leera. Ia berniat untuk berucap.

“Diluar dingin. Kau bisa membeku.”

“Kuantar.”

Leera memandang Kai dengan tatapan tidak percaya. Tadi namja ini aneh, sekarang justru tambah aneh? Setahu Leera ini musim panas. Dan, tindakan Kai benar-benar diluar akal sehat.

“Lepaskan tanganmu.” Ujar Leera dingin. Kai langsung memasukan kedua tangannya ke dalam kantung celananya.

Leera kembali menghadap ke pintu setelah ia tahu Kai menurunkan tangannya. Lalu memutar kenop pintu dengan cepat. Ia masih menampilkan gelagat marah pada Kai agar namja itu merasa bersalah. Tadi namja itu ogah-ogahan dan menyebalkan. Tadi katanya ia tidak mau sekolah dan blablabla. Sekarang? Ia berakting seolah baik dan berlagak melindungi Leera dari cuaca dingin? Cih. Harusnya ia tidak labil. Leera juga tidak percaya bahwa sekarang musim dingin. Karena kemarin musim panas. Atau mungkin Leera yang tidak mengerti alur cuaca?

Mereka berdua telah keluar dari kamar apartemen. Kai mengekor di belakang Leera yang berjalan seperti orang tidak kenal. Hingga ke lift mereka sempat menekan tombol lift bersama-sama. Lalu Leera tetap diam dan mengalihkan pandangan dari Kai. Pintu lift terbuka dan mereka tidak berbicara apa-apa. Kai tetap memasukan tangannya di kantung. Sementara Leera menenteng tasnya sambil menatap kosong pintu lift.

Mereka keluar berbarengan. Namun sampai luar lift tetaplah Leera yang berjalan lebih cepat. Sehingga Kai mengekor lagi. Mereka berdua sama sekali tidak bermuka ramah. Satunya cuek dan satunya lagi memang bermuka cuek. Satunya dingin dan satunya lagi benar-benar dingin. Layaknya kulkas berjalan.

Saat pintu utama gedung terbuka. Leera benar-benar kaget. Ia tidak melihat sinar matahari yang terik seperti kemarin. Ia sempat menoleh ke arah wajah Kai, berniat melihat ekspresi wajahnya. Namun, ekspresi Kai tetap seperti itu. Tidak berubah. Mereka berdua dan beberapa kerumunan lain menuruni tangga kecil. Leera menoleh kepada orang-orang yang keluar bersama mereka. Ia melihat secara mendetail.

Sarung tangan bulu?

Syal?

Penutup telinga?

Baju tebal?

Ini sungguhan musim dingin. Semua memakai baju hangat!

Leera terpaku di depan pintu utama.

Matilah kau Park Leera. Kau sama sekali tidak punya baju hangat.

Leera berniat berbalik ke kamar apartemennya untuk mengambil jaket, sarung tangan dan sebangsanya agar ia tetap hangat. Ia berfikir, ia akan lari dan berharap lift tidak penuh. Ia merasa menyesal tidak mempercayai kata-kata Kai tadi.

“Diluar dingin. Kau bisa membeku.”

Leera pun berbalik. Namun tubuh Kai menghadangnya. Bukan, lebih tepatnya tangan Kai menghadangnya. Tangan Kai berada tepat di depan wajah Leera yang sedang panik. Panik tentang bagaimana caranya ke kamar tanpa menghabiskan waktu banyak. Panik tentang betapa kedinginannya ia jika tidak punya sarung tangan atau syal.

Leera kaget akan tangan Kai yang berada tepat di depan wajahnya. Mengapa namja itu mengganggunya disaat panik begini! Leera pun membeo memarahi Kai yang bertingkah konyol.

“Kai! Jangan bercanda! Ini gawat! Aku bisa kedingin—“

“—an.”

Kata-kata Leera terpotong saat melihat Kai melingkarkan sesuatu di lehernya.

Sebuah syal.

Kai melingkarkan sebuah syal ke leher gadis di depannya.

Tatapan Leera membeku saat melihat sorot mata Kai yang mengarah ke lehernya untuk memakaikannya syal. Kai serius. Ini syal.

Lidah gadis ini kelu. Tak tahu ingin bilang apa. Ia hanya menikmati detik-detik disaat Kai melingkarkan kain syal itu ke lehernya.  Ia terus diam sambil terus menatap wajah Kai yang sedang serius dengan syalnya.

Gerakan tangan Kai akhirnya berhenti. Kini leher Leera telah terbalut syal. Mulutnya tertutup oleh kain lembut itu. Tiba-tiba pandangannya mengarah ke bola mata Leera.

Leera langsung mengalihkan pandangannya ke lantai. Ia menghembuskan nafas lega.

Gomawo (terimakasih)…..” Leera mendesis pelan sambil menatap lantai.

Gadis itu masih membeku rupanya.

Kai tidak menjawab dan langsung meninggalkannya menuruni tangga sambil mengantungi tangannya lalu mencari mobilnya.

Sementara Leera masih membeku di depan pintu utama.

“Permisi bocah!” Seorang ajeossi yang membawa kopor kerjanya merasa terganggu. Leera menghalangi jalan pintu utama. Gadis itu masih membeku. Dan baru tersadar saat ajeossi itu menegurnya.

joesonghabnida (maafkan)!”

Leera tersentak dan langsung membungkuk tanda maaf pada ajeossi tersebut.  Gadis itu membungkuk minta maaf dan mengucapkan kata maaf beberapa kali padanya. Ia sungguh merasa bersalah dan merasa sangat bodoh.

“Lain kali hati-hati” ajeossi itu pergi. Setelah ajeossi  tidak nampak di mata Leera lagi. Gadis itu menghembuskan nafas lega dan segera memalingkan wajah untuk mencari Kai.

Sialan! Dia meninggalkanku!

Gibon ibwa geulae!  (dasar kau yaa)!” Leera melotot kearah Kai yang sedang membuka pintu mobilnya.

“Anak laki-laki memang tidak bisa dipercaya!” Leera mendesah sebal. Lalu menuruni tangga. Syal itu masih dipakainya dengan nyaman.

Sementara orang-orang memandanginya dengan heran.

#

Seoul Academy Seniors (SAS)

Gyeoul… (musim dingin)”

Sosok gadis berambut hitam lurus ini memeluk lututnya. Angin musim dingin menari-nari kecil menyapu lututnya. Korea Selatan sudah saatnya bersikap dingin, sudah saatnya melayangkan benda-benda kecil berwarna putih itu ke atmosfernya. Seohyun tidak suka Seoul karena dingin. Namun terkadang ia menyukainya juga. Gadis pendiam ini sengaja keluar kelas hanya untuk mencari waktu sendiri dalam membaca buku miliknya. Ah, bukan membaca buku. Lebih tepatnya menulis syair. Menulis bait-bait kata yang indah.

Akhir-akhir ini kebisaaannya menyimpang ke kegiatan menulis.

Mata bulat Seohyun menyusuri bayang-bayang langit yang tidak menyinari dirinya. Tidak ada sinar matahari dan belum ada salju yang turun. Harusnya ini tidak begitu dingin. Kulit Seohyun bertahan untuk membeku. Warna kulitnya sudah sama dengan lantai sekolahnya sekarang. Putih bersih. Dingin. Dan rapuh.

Jemari Seohyun mulai menuliskan segelintir kata.

‘  mengapa mawar punya duri?  ‘

Lalu gadis ini berfikir keras.

‘ karena ia takut menjadi sampah ‘

Seohyun tersenyum dan kembali memandangi langit biru di depannya. Duduk di pinggiran balkon menyenangkan. Sepi, tidak ada suara yang bising seperti di kelas. Seohyun hanya bisa mendengar tiupan angin di udara. Mungkin, ini akan jadi tempat favoritnya.

Tiba-tiba gadis ini merobek kertasnya. Lalu menuliskan sesuatu.

‘ sepertinya aku suka seseorang ‘

‘ tapi hatinya telah dimilikki.. ‘

Seohyun memandangi tulisannya. Entah secara sadar atau tidak ia menuliskannya. Note nya itu seumur-umur tidak pernah terisi oleh curahan hatinya. Ia tidak pernah mengungkapkan isi hatinya ke apapun itu. Termasuk note nya. Apa,

Ini pengaruh musim dingin?

Beberapa menit kemudian angin berhembus lagi. Seohyun memanjangkan roknya agar bisa menutupi lebih dari lututnya. Namun percuma, rok siswi-siswi di Korea Selatan memang begini. Ia tidak bisa memungkiri kenyataan.

Kembali ke note nya. Seohyun memandangi tulisannya. Tiba-tiba ia menutup mulutnya dan memejamkan matanya sangat erat. Pandangannya menjadi gelap. Ia terus melenguh-lenguh tidak jelas sembari menutup mulutnya. Gadis ini terus memejamkan matanya sambil menunduk. Tak terasa, butiran air dingin mengenai note nya. Note cokelat dengan simbol bunga di ujung kertasnya.

Bukan,

Itu bukan salju yang turun dari langit.

Itu airmata Seohyun, yang turun dari matanya.

Seohyun terus memejamkan matanya, hingga akhirnya ia mencoret-coret note nya tanpa melihat. Ia merobeknya secara spontan dan melemparnya keluar balkon.

Ia membiarkan kertasnya terbang bersama uap musim dingin. Yang entah mendarat kemana.

#

Leera belum masuk kelas. Ia baru saja sampai di SAS. Kejadian tadi pagi masih terngiang di kepalanya. Sampai saat ini, ia masih mengutuk dirinya sendiri karena ‘membeku’ di depan pintu utama gedung apartemennya. Kai memang seorang aktor yang cerdik. Gadis yang katanya cute ini hanya bisa menahan malu. Di mobil lagi-lagi ia tidak berbicara sama sekali dengan Kai. Namun, ia masih saja mengenakan syal milik Kai yang diberikan untuknya.

Leera menyusuri lapangan terbuka.

“Aduh dinginnya..”

Leera semakin merapatkan blazer dan juga syalnya. Ia merasa geli di perutnya setiap menyentuh syal itu. Ia langsung teringat saat Kai memutari lehernya untuk memakaikannya syal.

Baboya jangan diingat!

Leera terus menerobos udara dingin di depannya. Rambutnya meloncat-loncat karena tersapu oleh udara dingin. Tetapi tiba-tiba ada yang menghentikan langkahnya,

PLEK

Sebuah kertas tepat mengenai dahinya. Leera spontan kaget dan mundur. Ia melongo melihat kertas yang jatuh itu. Disusul hasrat penasaran, gadis itu pun berjongkok untuk mengambilnya. Ia menggenggam kertas itu lalu kembali berdiri. Leera memandang kertas berwarna cokelat vintage itu, kertas itu masih menggumpal seperti bola, mungkin di remas oleh pemiliknya. Mungkin pemiliknya suka membuang sampah sembarangan. Lagipula apa pedulinya terhadap kertas seperti sampah ini?

Tidak ada gunanya juga.

“Leera-a?”

Leera tersentak. Seseorang memanggilnya. Ia menengok dan mendapati seorang gadis dengan rambut yang tertata rapih berdiri di sampingnya.

“Kim Min Hee?” Tanyanya sekaligus menyapa.

“Sedang apa kau di tengah lapangan di udara dingin seperti ini?” Tanyanya lagi penuh selidik. Bola mata yeoja bermata cokelat terang itu beralih ke kertas yang di genggam Leera.

Leera menjadi salah tingkah. Pasti ia dikira orang aneh karena memandang kertas sampah terlalu lama dan berdiri di tengah lapangan saat udara dingin.

“Ah.. tidak apa. Ayo kita masuk!” Kilah Leera cepat. Min Hee merasa aneh sekaligus penasaran. Dilihatnya kertas tadi dimasukkan Leera ke dalam kantungnya. Dalam benak Leera ia juga tidak mengerti mengapa ia menyimpannya. Mungkin efek ia salah tingkah, sehingga ia tidak bisa mengontrol apa yang dilakukannya dan apa yang akan dilakukannya.

Akhirnya Min Hee dan Leera berjalan bersama ke koridor. Menyusuri banyak kelas.

“Aku pikir kau gila, Leera-a. Berdiri disana sambil berdiam diri.” Kikik Min Hee mencairkan suasana. Ia mendongakkan kepalanya ke pandangan Leera agar yeoja itu melihatnya. Wajah konyol sekaligus cantik milik Min Hee mengagetkannya. Teman Leera ini memang punya daya tarik tersendiri. Dan untungnya ia adalah sosok yang ceria.

Leera menggelengkan kepalanya malu. “Aniya.. bisa kau lupakan?” Bisik Leera ke telinga Min Hee. Min Hee mengangguk-angguk takut. “Baik, nona Park.” Ujarnya,

“Baguslah.” Tutur Leera, masih dengan raut malu.

Mereka terus menyusuri koridor.

“Min Hee.. aku punya banyak hal yang ingin kubagi denganmu..” Lanjut Leera ditengah perjalanannya. Alih-alih ia memperhatikan jalan. Ia justru memandangi Min Hee sekarang. “Tolong ya!”

Min Hee mengendikkan bahu. “Bilang saja curhat, nona Park,”

Leera tersenyum garing. “Ne..

Kedua gadis manis ini kemudian menyusuri tangga tanpa berbicara dan menemukan segelintir murid lantai dua. Kelas 10. Leera menghilang dibalik pintu kelas 10-1 karena ia adalah kelas unggulan. Sementara Min Hee terus meneruskan langkahnya ke 10-4. Tidak jauh. Hanya sekitar 3 kelas dari sini. Sebelum  berpisah dengan Leera, Min Hee mengucapkan sesuatu.

“Jangan lupa pulang sekolah ikut aku.” Bisiknya. Lalu pergi.

Leera hanya bisa geleng-geleng kepala. Kejutan apa yang akan dibuat Min Hee kali ini?

Setelah berbincang dengan Min Hee. Leera menggeser pintu kelasnya dan mendapati kelas yang ramai. Ia mulai melangkahkan kaki kanan nya untuk masuk. Sebuah kaki kecil jenjang dibalut kaus kaki putih hangat dengan pantopel yang senada tampil pertama kali sebelum kepala yeoja ini menyembul masuk. Seisi kelas tidak peduli tentu saja. Leera bukanlah salah satu yeoja yang stunning di mata mereka, meskipun ia katanya cute dan apalah itu. Hanya segelintir oranglah yang memandangnya saat masuk. Sementara yang lain sibuk dengan urusan masing-masing. Leera bisa mencium aroma parfum AC kelasnya seperti bisaa. Kalau musim dingin mengapa mereka tidak menghidupkan pemanas saja? Ini kan hal bodoh?

“Masih panas !”

Baekhyun menduduki bangkunya seperti seorang boss. Yang memegang kendali remot adalah Oh Sehun, namja tinggi dengan kulit putih susu dan rambut hitam mengkilat miliknya. “Yak! Masih panas!”

“Oh Sehun turunkan volumenya!”

“Ya ya! Begitu!”

Seisi kelas menyumbangkan pandangannya kepada Baekhyun hingga ia berhenti menjerit. Baekhyun membuka kancing blazernya dan memakainya asal. Ia menjadikan Sehun sebagai pesuruh. Sebagian yeoja di kelas ini sebenarnya tidak setuju dengan sikap Baekhyun. Karena menjadikan namja tampan sebagai pelayannya. Mau protes? Silahkan beradu dengan Byun Baekhyun. Dan seisi kelas tidak ada yang berani melawan lisan Byun Baekhyun yang begitu pedas.

Leera yang baru saja menginjakkan kakinya ke dalam kelas kaget sekaligus shock. Apa sebenarnya yang terjadi dengan jiwa raga Byun Baekhyun? Apa sebenarnya salah kelas ini? Musim dingin tahun ini benar-benar aneh buat Leera.

Baekhyun melayangkan pandangannya ke arah Leera yang berjalan menuju kursinya. “Kurasa… aku tahu pemilik syal itu..”

DEG

Leera benar-benar merasakan panas menjalar ke pipinya. Ia terus menunduk dan tidak mau menatap Baekhyun. Ia terus melanjutkan jalannya ke bangkunya. Dan akhirnya, ia berhasil menduduki bangkunya lalu tenang.

“Park Leera,, aku tahu siapa pemilik syal itu..” Goda Baekhyun sembari mengedipkan mata pada Leera. Leera sempat menangkap bayangan Baekhyun di matanya. Sungguh ia merasa risih sekarang. Sehun yang penasaran mulai mendekat.

Annyeong Park Leera.” Sapanya.

Leera masih menunduk. Namun, ia sempatkan membalas sapaan Sehun. “Annyeong Sehun-a” Pipi Leera masih memerah malu. Siapa yang tidak malu jika digoda seperti ini? Leera hanya berharap semoga tidak ada Chanyeol disini. Dan juga, semoga tidak ada Kai disini.

“Punya siapa hyung memangnya?” Selidik Sehun pada Baekhyun. Baekhyun tersenyum miring. “Ingat musim dingin tahun lalu?”

“Atau lebih tepatnya tahun lalu tahun lalunya lagi?” Lanjut Suho.

Leera masih menunduk tidak mau tahu.

Tiba-tiba pintu digeser. Seseorang masuk dengan menenteng tas di pergelangan kirinya. Kim Jong In! Ia memasuki kelas dan mengitari meja Baekhyun untuk duduk di tempatnya. Pandangan Kai langsung beralih ke arah Leera. Mengapa anak itu menunduk sedari tadi?

DEG

Leera merasa tidak enak sekali. Mengapa kejadian yang tidak diinginkannya malah terjadi. Rasanya ia ingin marah di depan wajah Kai dan melempar syal sial ini ke mukanya. Lagipula Leera punya segudang syal yang lebih bagus dari ini. Juga lebih mahal dan mempunyai merek.

Disaat Kai sudah duduk di bangkunya, Leera dengan sigap melepas syalnya. Lalu menyimpannya di laci meja. Ia tidak mau memakainya lagi. Sumpah.

“Kenapa kau lepas, huh?”

Seorang namja menengok padanya. Kai, dengan sorot mata dinginnya. Leera bergidik,  juga kesal. Harusnya Kai tidak usah berbicara apa-apa! Ini malah semakin memancing! Ia memang tidak mengerti hidup dan mati ya?

Leera beranjak dari kursinya. Hendak pergi dari kelas ini. Ia berlari ke pintu dan siap menggesernya. Dari sini, ia mendengar Baekhyun berbicara dengan keras.

“syal itu bekas yeoja masa lalumu itu kan?”

DEG

Kai memang kurang ajar!

Leera membanting pintu geser dan berlari menyusuri koridor. Ia terus berjalan mengitari balkon dan berusaha memegangi pipinya. Panas? Jangan konyol! Tidak mungkin kan pipiku memerah?

Leera terus mengalihkan pandangannya ke langit biru. Ia terus menyusuri koridor dan menemukan balkon kecil yang nyaman.

“Seohyun?” Gumam Leera,

Karena penasaran.. ia melangkah kecil ke arah balkon itu. Dari belakang, ia hanya melihat seorang gadis dengan rambut hitam panjangnya menulis sesuatu di atas kertas. Kertas berwarna coklat dengan bunga di ujung kertasnya. Coklat?!

Kertas coklat kan?

Leera memalingkan pandangannya ke arah kantung bajunya. Ia ingat sekali ia menyimpan gumpalan kertas sampah itu di kantung . Atau jangan-jangan itu milik Seohyun?

Leera memilih mundur beberapa langkah dari balkon dan menuju tempat yang tidak terjangkau oleh Seohyun. Diam-diam ia mengambil kertas itu di kantungnya. Perlahan ia membuka gumpalan-gumpalannya dan akhirnya secarik kertas rapuh milik Seohyun terbuka.

Leera memandanginya dengan jelas.

‘ sepertinya aku suka seseorang ‘

‘ tapi hatinya telah dimilikki.. ‘

Leera memegangnya dengan gemetar. Ia menghembuskan nafas berat, kepulan uap putih pun menggumpal di udara. Leera merasakan sesuatu yang tidak nyaman di tenggorokannya. Ia berusaha menelan salivanya namun sangat susah. Ia tercekat saat membacanya. Gadis ini memang tidak pandai menebak, tapi ia yakin. Yakin sekali bahwa kertas ini pasti ada hubungannya dengan dia. Dada Leera terasa sakit sejakala ia mengetahui bahwa ia telah melukai hati seseorang.

Ia berusaha melirik tempat Seohyun tadi. Dan ia menemukan Seohyun sudah tidak ada disana.

#

Kelas

Leera termenung di bangkunya. Pelajaran sudah dimulai sejak 20 menit lalu. Guru sosiologi itu sekarang sedang berdiri mengamati anak muridnya sekaligus menerangkan tentang materi barunya. Dan anehnya Leera tidak memerhatikan itu sama sekali. Sepertinya seosangnim tidak tahu muridnya satu ini tidak memerhatikannya karena Leera duduk di bangku yang agak menjorok ke belakang.

Dengan posisi yang menjorok ke belakang. Leera mendapatkan titik plus tersendiri. Yaitu kesempatan untuk memandangi Chanyeol dari jauh.

“Baiklah… mari kita lanjutkan ke slide berikutnya.” Seosangnim berkoar di depan. Guru cantik itu tidak sadar muridnya tidak fokus untuknya,

Gadis yang bernama Park Leera ini justru memberi pandangannya ke bangku Chanyeol dan Seohyun. Melamuni apa yang di dapatkannya tadi pagi. Pandangan ia kosong karena melamun.

“Psst…”

“Psst… Lee- Ra…”

Suara seorang namja terlontar berbisik dari jauh. Leera tersentak dan menenangkan dirinya. Ternyata suara itu berasal dari Chanyeol. Chanyeol yang sekarang jadi objek fokusnya.

“Psst..”

Lelaki berambut cokelat itu berkali-kali memanggil Leera. Di tangannya terdapat sebuah gumpalan kertas putih yang disobek dari buku tulisnya. Ia menunjukkan kertas itu ke arah Leera dan siap melemparnya. Leera menampakkan ekspresi bingung.

“Psst.. tang- tangkap..” Bisik Chanyeol lagi,

Leera masih melongo. “Mmwo?”

“Tangkap bodoh..” Gumam Chanyeol dalam hati—kesal—

Leera akhirnya mengerti dan mengangguk. Ia pun menyiapkan tangannya dan bersiap menangkap bola kertas dari Chanyeol.

HAP

Leera akhirnya menangkapnya. Ia langsung duduk dengan posisi manis dan menaruh kertas itu di dalam laci mejanya. Bersiap-siap membukanya.

Leera sudah bisa membayangkan apa yang ditulis Chanyeol disana. Pasti ukiran pensil bertajuk gambar hati dan berwarna merah mempesona. Juga rangkaian puisi indah yang dibuat Chanyeol. Ahh,,, sudah terbayang kan betapa romantisnya seorang Park Chanyeol?

DEG

DEG

DEG

Leera merasa terkena serangan jantung saat itu.

1,

2,

3,

Leera menggigit bibirnya lalu perlahan membuka lipatan-lipatan asal dari Chanyeol.

“PARK LEERA!”

DEG

Serangan jantung tiba-tiba ini bukan karena hati Leera yang berbunga-bunga. Tetapi karena suara jeritan yang pas sekali berasal dari sebelah kanannya.

Leera mendongakkan kepalanya ke sebelah kanan. Jantung Leera serasa mau berhenti berdetak. Guru sosiologi itu berada tepat di sebelahnya dengan raut tidak sabar.

“Ingat aturan sekolah ini? Seharusnya kau membaca buku peraturan dengan teliti.” Tukas guru itu sambil menekankan alisnya kecewa. Tangan guru itu tiba-tiba menyambar kertas yang di genggam Leera. Leera spontan menahannya agar gurunya tidak membacanya.

Namun, tarikan guru itu begitu kuat. “Serahkan padaku.”

Chanyeol terlihat panik dari ujung kursi.

Sementara satu kelas memandang Leera dan gurunya yang sedang ‘bercengkrama’.

Kai menatap Leera tidak percaya. Ternyata gadis manis seperti dia bisa juga terkena hukuman. Dibandingkan dengan dirinya sendiri yang pemalas dan rentan terkena hukuman, ternyata Leera yang lumayan ‘rajin’ pun bisa terkena hukuman.

Guru itu mundur ke bangkunya sambil memasukkan kertas itu ke kantungnya. Leera memerhatikan secara detil bagaimana cara guru itu memasukkan kertas cintanya ke dalam kantung.

Gawat…

Dalam hati Chanyeol, ia juga berkata demikian. Malah ia lebih mengutuk guru itu. Karena, sesuatu yang tertulis di kertas itu sangatlah penting. Dan jika Leera tidak membacanya, maka hilanglah sudah kesempatannya.

Bukan,

Isi tulisannya bukan Saranghae atau bait-bait romantis lainnya.

Isinya jauh lebih penting daripada itu.

#

Pulang Sekolah,

“Katakan Leera-a..”

Kai menghadang Leera yang hendak berjalan untuk menelusuri koridor kelas reguler. “Katakan, apa kau sudah membaca isinya?” Tukas namja itu secara cepat. Entah mengapa Kai begitu antusias.

Gadis berambut emas dengan jepit yang dipasang di ubun-ubunnya itu hanya mengerucutkan bibir pink softnya yang sudah diberi liptint. “Mollahaeyo (aku tidak tahu)!”

Kai menghembuskan nafas berat. “Aku tahu kau sudah membacanya, jangan pelit padaku.” Desak Kai sembari mengusap keringat di dahinya. Beberapa yeoja lewat di hadapannya dan sempat terhipnotis dengan gerakan Kai yang menghanyutkan hati itu. Apa Kai tidak sadar bahwa posenya sangat keren sekarang?

“Yasudah jika kau tidak mau memberitahunya disini, ayo di mobil saja..” Kai menarik tangan Leera. Leera mendengus kesal, lalu memberi death glare pada namja byuntae di depannya. Memegang tangannya di depan umum? Di depan yeoja yeoja lain? Uh.

“Sudah kubilang aku tidak tahu.”

Leera melepaskan tangan Kai dan langsung membalikkan tubuhnya kearah koridor kelas reguler. Atau tepatnya kelas Min Hee. Karena ia ada janji dengan yeoja itu.

“Kau mau kemana?” Tanya Kai setengah menjerit. Leera menengok sinis dan menjawab singkat.

“Bukan urusanmu!”

Lalu ia berlari mencari kelas 10-4. Kelas Kim Min Hee.

Ia melewati kerumunan yeoja. Salah satu dari mereka ada Ahryin dan Hyerin. Mereka tampak melihat Leera sekilas. Pandangannya beralih ke Leera selama beberapa detik. Leera tidak menyadarinya dan terus berlari menerobos kerumunan,

“joesonghabnida sillye (permisi maaf)..”

Dari jauh yeoja berambut blonde dengan sedikit keriting mendominasi mencermati gerak-gerik Leera. Gadis yang sama disaat Kai dan Chanyeol melakukan perbincangan ‘rahasia’ mereka. Gadis yang mengetahui apa yang terjadi di antara kedua namja itu.

Dan dia juga anak 10-4.

~~Later~~

“Kim Min Hee!”

Min Hee mengancing blazernya setelah melihat angin dingin yang bertiup di luar. Cukup mengerikan juga musim dingin tahun ini.

Kajja (ayo) kita berangkat!” Seru Min Hee menarik tangan Leera. “Tanganmu dingin sekali Leera-a. Waeyo? Jangan bilang kau tidak tahan dingin.”

“Aku tidak tahan? Hahaha, omong kosong. Sebenarnya tanpa syal juga aku bisa.” Angkuh Leera sambil menunjuk lehernya yang telanjang sekarang. Tanpa dibalut kain apapun. Ia tidak mau memakai syal bekas yeoja masalalu Kai. Jadi intinya Leera mendapat syal bekas? Syal bekas dari yeoja yang antah berantah disana? Ewh. No way.

“Ngomong-ngomong jaga dirimu ya. Kudengar suhunya mencapai -8 derajat celcius.”

Leera tersentak kaget dan menelan ludahnya dalam-dalam.

“Bagaimana? Kau siap?”

Leera mengangguk paksa.

“Kita akan pergi ke club ice skating paling tenar di Seoul!” Seru Min Hee sembari membenarkan rambutnya yang berantakan. Leera tersenyum sangsi dan mengekor pada Min Hee yang bersemangat menuruni tangga.

Tetapi tiba-tiba Min Hee berhenti dari langkahnya dan mendongak ke arah Leera.

Wae?” Tanya Leera.

Min Hee mengernyitkan alisnya dan menjawab, “Tunggu, masih ada satu orang lagi yang ikut.”

Leera menekan alisnya juga dan menengok ke belakang untuk menelusuri siapa satu orang lagi yang akan ikut dengan mereka berdua. Semoga saja orangnya tidak menyebalkan. Semoga saja, bisa mengembalikan mood Leera dan mempunyai syal cadangan untuknya.

Masalahnya Min Hee sudah memakai syal, sedangkan dirinya? Ah! Lebih baik kedinginan daripada memakai syal pemberian namja byuntae yadong dan tidak tahu diri itu!

“Ah, itu dia orangnya!”

Leera mendapati Min Hee menunjuk seorang yeoja dengan rambut blondenya yang panjang terurai, rambutnya sedikit keriting. Tentu saja keriting alami, kelihatannya ia tidak sering datang ke salon. Di Lehernya terbalut syal yang senada dengan warna rambutnya. Gadis itu berjalan menyusuri koridor dan menyapa Min Hee.

Annyeong Min Hee..” Sapanya pada Min Hee. Gadis ini lalu menengok ke arah Leera.

Annyeong Park Leera-sshi.” Lanjutnya dengan senyuman.

Leera kaget. Kaget karena yeoja tak dikenalnya ini tiba-tiba menyebut namanya. Darimana ia tahu? Atau mungkin Min Hee telah memberi tahunya dari jauh-jauh hari?

“Kenalkan.. dia Lee Min Ka. Teman sekelasku.” Min Hee mengenalkan gadis itu pada Leera. Sementara Min Ka tersenyum pada Leera.

“Yasudah.. ayo kita jalan!” Tutur Min Hee sambil menggandeng kedua tangan temannya. Min Ka masih saja memandang Leera dengan tatapan aneh. Tatapan yang tidak bisa diartikan.

#

Finally They’ll Meet

“Tidak akan ada yang datang jika begini caranya.”

“Apa? Jangan bilang hanya karena musim dingin pelanggan tidak mau datang ke toko alat tulis?”

Mereka berdua saling keluh-mengeluh. Awal musim dingin yang buruk bagi mereka berdua. Hyomin yang sedari tadi berpangku tangan di kasir hanya melenguh-lenguh tidak jelas. Sementara Jiyeon sibuk merapikan rak. “Aku laparr.. dan kedinginann..” Gumam Jiyeon pada rak di depannya.

Hyomin mengendikkan bahu. “Benar kan. Buktinya kau mengeluh juga.” Ujarnya.

KRINGG

Tiba-tiba lonceng mungil yang menjadi pertanda seseorang masuk ke dalam toko pun berbunyi. Ketiga yeoja yang memasuki ruangan hangat itu menatap kesekeliling untuk meresapi tempat baru untuk beradaptasi.

Mian, merepotkan kalian. Ada yang harus kubeli.” Bisik yeoja berambut blonde. Pada kedua temannya.

Min Ka langsung menghambur masuk ke dalam toko. Seorang pramuniaga menyambutnya, yang tak lain tak bukan adalah Jiyeon. “naneun dangsin-eul wihae mueos-eul hal su issseubnikka? (Ada yang bisa saya bantu)?” Min Ka mengangguk polos.

“Aku mencari pensil khusus menggambar sketsa.” Jawabnya sembari menatap rak-rak raksasa.

Jiyeon tersenyum ramah seolah professional. “Ikuti aku.” Lalu ia menunjukkan rak yang tepat pada Min Ka.

“Yang Ini?” Tunjuk Jiyeon.

Min Ka mengangguk dan mengambilnya. “Gamsahamnida (terimakasih)!”

Pandangan Jiyeon menemukan sepasang yeoja di dekat pintu masuk. Yeoja berambut emas sedang bermain tarik-tarikan syal dengan yeoja berambut hitam pendek (Leera dan Min Hee). Syal,

Syal ..

Jiyeon menatap syal itu dengan alis mengerenyit. “Syal itu ..?”

“Untukmu.. aku tidak mau lehermu membeku. Makanya kuberikan ini, khusus untukmu. Dan aku yakin.. hanya ada satu di dunia ini.”

Jiyeon terkesiap dan memandang syal itu baik-baik.

Iya! Dengan sangat jelas, itu adalah syal miliknya.

Atau lebih tepatnya, syal yang sudah dikembalikan kembali pada namja masalalunya.

Terbesit dalam memori Jiyeon. Disaat Desember, musim dingin.. disaat ia akan pergi. Ia menyerahkan syal itu tanpa mengucapkan kata-kata apapun, terkecuali selamat tinggal.

“Selamat tinggal..”

Karena ia pikir. Ia tidak akan bertemu namja itu lagi.

Apa itu artinya,

Aku akan bertemu dengan dia lagi?

To Be Continued

A/N:
Mian yang nunggu lama>.< aku sibuk mid loh wkwkwk. Aku gakbisa lama-lama di a/n. yang jelas aku mau nyampein ucapan terimakasih sebesar-besarnya sama kalian krn udh dgn sabar nungguin dan msh setia smpe saat ini hehe. ARIGATOU MINNA!!! GAMSA! 😀 kalo kalian mau kepo kepoin aku seputar omcia bisa nanya aku di sini http://ask.fm/Saarahsalsabil dan di twitter ku https://twitter.com/Saarahsalsabil … sekian dan terimakasih.

oh iya aku mau minta tolong sama kalian… tolong pilih ya cast favorit kamuu!:D

Kritik:

Saran:

^^

199 comments

  1. chanyeol… sepertinya tanpa sepengetahuan kai, dia bermaksud mendekatkan leera dengannya…. waulaupun kai juga terang terangan menjodohkan leera dengan chanyeol….
    terus gimana ya, perasaan leera kalo tau bahwa chanyeol cuma pura” doang….

    huuuuu… menyulitkan….

  2. omo kai baik bgt ngasih syal ke leera walaupun syal bks mantan pacar kai …ternyata seohyun menyimpan rasa ma chanyeol yoohoo~ 😀 penasaran apa sih isi kertas yg dilempar chanyeol ke leera 😕 kek’a penting?bgt ~~ Lanjut chingu ~

  3. ooooooooowwwwhhhh …

    jadi yeoja masa lalu nya kai itu jiyeon ..
    aku udah ngira siiii tapi baru sekarang sadarnya. hehehe …

    yaaahhh jangan balik ke jiyeon yaaa .. kasian leera..

  4. Eon, banyakin adegan romantis kai sama leera please hahaha^^ kasian leera, gimana nanti kalau chanyeol ngakuin kalau dia ga suka sama leera. Cuma mainin aja:( Jiyeon mantannya kai ya? Semoga aja Kai ga bakalan balik lagi sama Jiyeon:”) semangat nulisnya eon!!^^

  5. kai itu suka bopong leera begitu saja ya, hahaha

    dan kai juga ngalah pas leera ngajak masuk ke sekolah :v
    doh leera gak kasian apa ama kai 😦 dia kan cape’

    fakta disini aku gak suka ama jiyeon! wajahnya ituloh kalo aku pikir pikir jadi baik gak pas gitu, nyebelin egois gak kasian ama kai yang tersiksa di gituin :3

Kritik dan Saran ?